berwisata sambil belajar cara membuat gerabah di desa Balong Mulyo
BERWISATA SAMBIL BELAJAR CARA MEMBUAT GERABAH DI DESA BALONG MULYO
Rabu, 5 Oktobet 2022. Seluruh siswa berkumpul dilapangan SMA NEGERI 1 PAMOTAN pada jam 06:45, seluruh siswa berbaris sesuai kelas dan kelompoknya masing masing untuk mendengarkan pengarahan dan bimbingan dari Bapak Suhadi sebelum berangkat ke Desa Balong Mulyo. Setelah pembimbingan, yaitu do'a yang dipimpin oleh Bapak Anwar.
Selanjutnya seluruh siswa absen sesuai kelas nya masing-masing.
Setelah absen selesai, seluruh siswa dengan urut masuk ke dalam bis, masing-masing kelas diberi dua bis. Jadi, dalam satu bis ada 18 anak.
Kelompok kami ( kelompok 1 XI IPS 4) mendapatkan bis ke 8 dengan sopirnya Bapak Sarlan
Di dalam bus, ada yang duduk dan ada juga yang berdiri, karena memang kursinya tidak cukup. Disini kita sangat antusias sambil bercanda didalam bus.
Setelah turun dari bus, ternyata kita mendapatkan problem, yaitu salah jalur. Yang seharusnya bus berbelok ke desa Balong Mulyo malah menuju ke pantainya langsung, alhasil kita harus masuk kedalam bus lagi untuk menuju Desa Balong Mulyo
Setelah beberapa menit, akhirnya kita sampai di Desa Balong Mulyo
Namun kita harus berjalan kaki lagi untuk menuju ke rumah warga yang membuat gerabah.
Kita di pandu oleh Bapak Suhadi dan Kakak-kakak osis untuk sampai dirumah pembuat gerabah. Kelompok kami mendapatkan bagian wawancara di rumah Ibu Sukarni (Perajin gerabah asli Desa Balong Mulyo).
Fadilah Naisa (05-10-2022)
Disini kita memposisikan posisi kita sesuai tugas masing-masing seperti yang sudah diajarkan Bapak Suhadi di sekolah sebelumnya.
Disini kita mendapatkan posisi dirumah Ibu Sukarni, orang asli desa Balong Mulyo kelahiran 1974. Dahulu belum ada mainan, jadi Ibu Sukarni membantu orang tuanya membuat gerabah sejak masih SD.
Inisiatif Ibu Sukarni membuat gerabah adalah dari orang tua dan nenek moyangnya dahulu yang juga merupakan perajin gerabah, dan kata Ibu Sukarni "mungkin nanti sudah tidak ada penerusnya, karena kurangnya minat dari anak muda untuk membuat gerabah".
Keseharian Ibu Sukarni adalah membuat gerabah saat kemarau. Akan tetapi saat musim hujan beliau lebih memilih menanam padi karena minimnya sinar matahari.
Total perajin gerabah didesa Balong Mulyo saat ini tinggal 38 orang dan yang membakar hanya tinggal 10 orang.
Ibu Sukarni menjual harga gerabah buatannya ini hanya Rp.1000,00/biji, karena memang beliau menjualnya mentah. Dan proses pembakaran nanti akan di serahkan pada orang yang memang sudah ahli dalam proses pembakaran. Gerabah yang sudah dibakar akan lebih mahal harganya.
Disini kami diajarkan proses pembuatan gerabah dari nol
Disini kami dikenalkan berbagai macam alat untuk pembuatan gerabah,
1. Merbot
2. Puru (batu warna)
3. Kerikan
4. Dalim (kain untuk memperhalus)
5. Karung
6. Sangklir
7. Abu
Adapun alat-alat tadi dibuat oleh Ibu Sukarni sendiri.
Ibu Sukarni tidak menggunakan cetakan dalam proses pembuatan gerabah ini, adapun proses pembuatannya adalah sebagai berikut :
Yang pertama, Ibu Sukarni ini mengambil tanah dari sawah, tanah ini tidak gratis, melainkan beliau harus membelinya, harga tanah satu tosa seharga Rp.100.000,00. Untuk tanah yang kualitasnya bagus ada di daerah Cepu dan Bojonegoro
Tanah tadi kemudian harus dicampuri pasir sungai atau pasir pantai terlebih dahulu supaya saat proses pembakaran tidak meledak. Pasir yang paling bagus adalah pasi sungai.
Kemudian pasir yang telah dicampur tadi diambil sesuai kebutuhan pembuatan, lalu di letakkan diatas alat putar yang telah dicampuri abu dan diberi sedikit air agar lebih lunak. Setelah itu dipipihkan dan dibentuk sesuai apa yang ingin dibuat, Kemudian dihaluskan menggunakan dalim (kain untuk menghaluskan gerabah).
Setelah jadi, gerabah kemudian didiamkan beberapa jam agar lebih padat, kemudian diambil "grigan" nya (tanah pinggirnya yang dikerok).
Setelah itu untuk proses pewarnaannya menggunakan "puru" (batu berwarna untuk pewarnaan gerabah). Ibu Sukarni membeli batu puru ini dari Jawa Timur seperti Jatirogo, Bulu, dan Babatan. Satu kresek puru ini harganya Rp.20.000,00. Warnanya ada dua yakni merah dan kuning.
Proses pewarnaan ini dilakukan secara manual oleh Ibu Sukarni
Cara pewarnaannya adalah, puru digosok dengan air lalu setelah keluar warnanya cairan tadi di oleskan pada gerabah menggunakan bulu ayam.
Setelah itu kemudian gerabah yang masih mentah distorkan kepada pembakar gerabah.
Begitulah proses pembuatan gerabah, disini kami tidak hanya melihat saja, akan tetapi juga ikut membuat gerabah dengan diawasi perajinnya langsung
Disini kami mencoba membuat asbak, setelah mencobanya sendiri, ternyata membuat gerabah bukanlah hal yang mudah. Kami sudah beberapa kali salah dan akhirnya dibantu oleh Ibu Sukarni.
Setelah melakukan kegiatan wawancara dan telah mencoba membuat gerabah sendiri, kelompok kami izin berpamitan kepada Ibu Sukarni, sebelum nya kami juga membeli produk gerabah beliau, yaitu satu set alat untuk membuat serabi sebanyak 4 set, satu set alat serabi ini yaitu terdiri dari tungku, wadah serabi dan tutup seharga Rp.10.000,00/set.
Sebelum pulang tak lupa juga kelompok kami berfoto bersama Ibu Sukarni sebagai kenang-kenangan
10:00, kami lanjutkan perjalanan kami menuju pantai Balongan untuk acara Sarasehan
Diacara sarasehan ini kita diajak untuk mengulas kembali materi- materi wawancara tadi. Seperti proses pengolahan gerabah dan lain sebagainya. Dan banyak juga teman teman kami yang bertanya mengenai kerajinan gerabah desa Balong Mulyo yang kemudian dijawab oleh bapak kepala desa Balong Mulyo yaitu bapak Nasihin.
Setelah acara sarasehan semua siswa bebas untuk berwisata dipantai Balongan, tak lupa juga kita solat dhuhur di musholla pantai Balongan.
Setelah berwisata, kita pulang bersama dengan menggunakan bisa yang sama.
Sekitar pukul 14:00 kita sampai di sekolah, semua siswa turun dan pulang kerumahnya masing- masing.
Alhamdulillah perjalanan learning tour kami berjalan dengan lancar sampai tiba dirumah kami masing- masing.
Kami dari kelompok 1 (XI IPS 4) :
1. Ahmad Dwi Arianto (3)
2. Doni Setiawan (9)
3. Fadilah Naisa Nuraini (13)
4. Irna Wati (17)
5. Khalimatul Mahmudah (18)
6. M. Arief Widodo (21)
7. M Andrik Kurniawan (22)
8. Okta Nur Yuristiya (28)
9. Sheilla Dwi Wijayanti (31)
10. Ulfatun Naja (33)
11. Wirda Nur Abidah (35)
12. Agung Supriadi (36)
Penulis : Wirda Nur Abidah